Di tengah gemerlapnya dunia modern, bayangan profesi petani seringkali terpaku pada gambaran tradisional dengan penghasilan seadanya. Namun, stigma tersebut mulai terkikis dengan kemunculan para petani muda yang menuai sukses, salah satunya Ujang Solehudin.
Ujang baru berumur 21 tahun, tapi sukses menjadi petani dengan pendapatan ratusan juta.
Ujang, seorang petani muda asal Desa Mandalare, Kec. Panjalu, Kab. Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
Pekerjaan sehari-harinya adalah menekuni bidang pertanian hortikultura, khususnya sebagai petani cabai.
Awal Mula Ujang jadi Petani Cabai
Awalnya, ia ditawari pekerjaan dari salah satu perusahaan perorangan di kota terbesar di Jawa Barat.
Setelah satu bulan lebih bekerja, ia mulai berpikir bahwa pekerjaannya hanya menguntungkan atasan.
Nah, dari situlah ia memutuskan keluar kerja dan pulang kampung untuk meneruskan kompetensinya saat SMK di bidang pertanian.
Ujang memulai bertani dari tahun 2019 sampai sekarang, yang berarti sudah berjalan selama 4 tahun.
“Alhamdulillah, sedikit demi sedikit saya mendapatkan tambahan ilmu dalam bertani, khususnya dalam inovasi dan teknologi di bidang pertanian.” Ujar Ujang pada video interview di YouTube Naik Kelas.
Cara Pintar Ujang Bertani Biar Selalu Cuan
Ujang biasanya menanam cabai sebanyak dua kali dalam setahun. Nah, lain halnya dengan sayuran jenis lain, hal ini dilakukan karena waktu dari penanaman hingga panen cabai cukup lama.
Sehingga, ia menyibukkan diri dengan menjadi petani sayuran untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Penghasilan sampingan dari sayuran lain, sedangkan penghasilan pokok dari cabai.” Ujar Ujang.
Selain cabai, sayuran lain yang ia kembangkan adalah tomat dan timun. Alasannya, timun memiliki jangka panen relatif singkat, sekitar satu bulan, sementara tomat sekitar dua setengah bulan ke atas.
Strategi inilah yang membuat perputaran ekonomi Ujang berjalan dengan lancar.
Kenapa Bertani Cabai?
Cabai merupakan salah satu komoditas bahan pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.
Selain itu, cabai juga punya peranan penting di masyarakat sebagai penyedap rasa alami.
Alasan lain yang tidak lain dan tidak bukan adalah dari segi harganya.
“Harga cabai yang tinggi di pasaran dan potensi nilai ekonomis yang tinggi di mata masyarakat menjadi alasan utama saya menanam cabai.” Ujar Ujang.
Fenomena maraknya petani menanam cabai di Indonesia memiliki beberapa alasan mendasar, yaitu:
1. Potensi Keuntungan Tinggi
Cabai merupakan komoditas dengan nilai jual tinggi dan permintaan pasar stabil.
Hal ini menarik minat banyak petani, terutama di daerah dengan akses pasar yang mudah.
2. Adaptasi Terhadap Iklim
Tanaman cabai tergolong tahan banting dan dapat ditanam di berbagai kondisi iklim, termasuk daerah dengan curah hujan sedang hingga tinggi.
3. Permintaan Pasar yang Tinggi
Cabai merupakan bahan pokok dalam masakan Indonesia, sehingga permintaan pasar selalu ada.
Pendapatan Ratusan juta Pertama dari Bertani
Keuntungan bertani cabai adalah harga jual yang lebih mahal dibandingkan sayuran jenis lainnya. Apalagi jika pasokan cabai di pasar minim, harga cabai bisa berlipat-lipat.
Untuk menanam Ujang mengeluarkan modal antara Rp5000-Rp7000 per tanaman.
Terkadang, intensitas hujan bisa cukup tinggi, sehingga ia targetkan menghasilkan produktivitas cabai di angka 1 kilogram per tanamannya.
“Jika harga pasaran cabai 20.000 Rupiah per kilogram, dengan populasi tanaman 20.000 batang, maka total pendapatan kotor mencapai Rp 400 juta.”
Pendapatan ini masih ada pemotongan sekitar Rp 100 juta, sehingga pendapatan bersih Ujang masih sekitar Rp 300 juta per 7 bulan.
Atau bisa dikatakan, Ujang berhasil menghasilkan Rp 42 juta per bulannya dari tanaman cabai dengan luas lahan keseluruhan mencapai 1,5 hektar.
Meskipun sempat terkendala anjloknya harga cabai akibat pandemi, Ujang pantang menyerah dan terus berusaha keras untuk mempertahankan usahanya.
Dengan kegigihannya ini lah, ia bisa memperluas lahan budidaya cabai dan mencari strategi baru untuk memasarkan hasil panennya.
Ternyata, kegigihan dan inovasinya ini membuahkan hasil manis, sehingga ia berhasil melewati masa-masa sulit dan mencapai kesuksesan gemilang seperti sekarang.
Jangan Gengsi jadi Petani
Di era modern ini, usia muda bukan lagi halangan untuk meraih sukses dalam bertani.
Para petani muda di Indonesia telah membuktikan bahwa dengan semangat, kegigihan, dan inovasi, mereka mampu meraih keuntungan jutaan rupiah dari bertani, contoh yang sudah sukses adalah Ujang.
Meninggalkan stigma lama tentang profesi petani dan memanfaatkan teknologi yang diimbangi strategi kreatif, dapat menjadikan siapapun sukses dalam pertanian.
Kisah inspiratif Ujang dapat menjadi pengingat bahwa kesuksesan dapat berasal dari bidang apapun. Termasuk pertanian yang sering dipandang sebelah mata.
Jadi, bagi para pemuda yang ingin mencari peluang baru dan tak terikat jam kerja kantoran, bertani bisa menjadi pilihan yang menjanjikan.
Dengan kerja keras, dedikasi, dan pemikiran terbuka, petani muda di Indonesia menunjukkan bahwa masa depan cerah menanti bagi mereka yang mau berusaha.