Alamat Redaksi

Cluster Griya Nuansa Bening 1 No 14 Kel. Jatiasi, Kec. Mijen Kota Semarang, Jawa Tengah

Hubungi Kami

Peternakan ayam petelur bukanlah usaha yang mudah. Butuh perencanaan, pengelolaan, dan ketekunan yang tinggi. Iqbal Naresta, seorang pengusaha muda yang saat ini tengah menekuni bisnis ayam petelur di desanya.

Pemuda asal Dusun Cigebot, Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, berhasil membangun peternakan ayam petelur yang menghasilkan 3 juta telur per bulan dengan omzet mencapai 3 miliar rupiah.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana Iqbal mengelola usahanya, tantangan yang dihadapi, serta strategi yang diterapkan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Mengutip dari channel YouTube Naik Kelas Iqbal Naresta, yang kini berusia 26 tahun, memulai peternakan ayam petelur bukan karena cita-cita sejak kecil. Berbekal pendidikan sarjana di bidang ilmu komunikasi, Iqbal sebenarnya tidak memiliki latar belakang di bidang peternakan.

Saat kuliah di semester 6, Iqbal memutuskan untuk kembali ke rumah dan membantu orang tuanya di peternakan. Perlahan, ia belajar dan menguasai seluk-beluk usaha ini. Akhirnya, Iqbal merasa nyaman dan memilih untuk melanjutkan usaha keluarga tersebut.

Saat ini, peternakan ayam petelur milik Iqbal memiliki populasi sekitar 100.000 ekor ayam petelur dan 10.000 ekor anak ayam dan pullet. Produksi telur mencapai 4 ton lebih per hari dengan tingkat produksi sekitar 80%. Usaha ini juga didukung oleh 90 karyawan yang bekerja di berbagai bagian peternakan.

Awal mula usaha ini tidaklah mulus. Pada mulanya, populasi ayam hanya sekitar 1.000 ekor. Seiring berjalannya waktu dan kerja keras, populasi ayam ditingkatkan sedikit demi sedikit setiap tahun.

Bahkan di tengah pandemi COVID-19, Iqbal tetap berusaha untuk memperluas usahanya. Ia membangun kandang baru satu per satu hingga kini memiliki sekitar 50 kandang, dengan masing-masing kandang berisi 2.000 hingga 3.000 ekor ayam.

Manajemen dan Pengelolaan Peternakan

Untuk menjaga kualitas produksi, Iqbal menerapkan sistem yang ketat dalam manajemen peternakan. Iqbal membagi ayam dalam dua kelompok yaitu DOC (Day Old Chick) dan ayam dewasa.

Dia menempatkan DOC di kandang khusus yang terpisah dari ayam dewasa untuk mencegah penyakit. Ayam mulai bertelur pada usia 18 hingga 20 minggu dan masa produksinya bisa mencapai 120 minggu atau sekitar 2 tahun.

Iqbal menekankan pentingnya mengetahui seluruh proses operasional sebelum menilai kinerja karyawan. Dengan memahami setiap detail pekerjaan, Iqbal dapat menilai mana karyawan yang bekerja dengan baik dan mana yang tidak.

Baca Juga: Pengusaha Muda Sukses, Omset Ratusan Juta dari Modal 1 Juta

Ia berprinsip bahwa seorang pemimpin harus memahami setiap aspek dari bisnisnya agar dapat memberikan penilaian dan bimbingan yang tepat kepada karyawannya. Dalam hal perawatan ayam, kebersihan kandang menjadi fokus utama. Kandang harus selalu bersih dan steril untuk memastikan kesehatan ayam.

Penyemprotan desinfektan dilakukan secara rutin untuk mencegah penyakit. Menurut Iqbal, kebersihan kandang sama pentingnya dengan kebersihan rumah bagi manusia. Ayam yang berada di kandang yang bersih akan lebih sehat dan produktif.

Tantangan dan Strategi Menghadapi Krisis

Setiap usaha pasti menghadapi tantangan. Bagi Iqbal, salah satu tantangan terbesar adalah pandemi COVID-19. Pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan penurunan permintaan telur di pasar, sehingga harga telur anjlok hingga Rp13.000 per kilogram, padahal modal produksinya mencapai Rp17.000 per kilogram.

Kondisi ini memaksa Iqbal untuk mencari cara menekan biaya produksi agar tetap bisa bertahan. Selain itu, Iqbal juga menghadapi kendala dalam hal pemasaran. Banyak peternak ayam petelur memiliki modal dan pengetahuan tentang peternakan, tetapi kurang dalam hal pemasaran.

Untuk mengatasi ini, Iqbal menggunakan jasa agen atau pengepul yang membantu menjual telur, sehingga Iqbal bisa fokus pada pemeliharaan ayam. Dengan strategi ini, Iqbal dapat memastikan telur-telurnya terjual dengan baik tanpa harus terbebani dengan proses pemasaran yang rumit.

Kendala lain yang dihadapi adalah fluktuasi harga bahan baku, terutama pakan ayam. Ketika terjadi kemarau panjang, bahan baku untuk pembuatan pakan menjadi langka dan harganya melambung tinggi.

Hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat. Untuk mengatasi masalah ini, Iqbal berusaha menekan biaya produksi dengan berbagai cara, termasuk mencari alternatif bahan baku yang lebih terjangkau.

Investasi dan Inovasi

Iqbal menyadari bahwa untuk berkembang, investasi dan inovasi sangat diperlukan. Meskipun memulai dengan kandang tradisional yang terbuat dari kayu, atap asbes, dan kandang baterai bambu, Iqbal terus berusaha meningkatkan populasi ayam secara bertahap.

Sementara itu, ia juga memahami pentingnya menjaga kebersihan kandang sebagai kunci utama dalam pemeliharaan ayam, dengan rutin melakukan penyemprotan disinfektan. Dalam hal modal, Iqbal menekankan pentingnya menyimpan uang dengan bijak.

Ia tidak mudah tergoda untuk menghabiskan keuntungan, melainkan memilih untuk menginvestasikannya kembali ke dalam usaha, baik untuk menambah populasi ayam atau meningkatkan fasilitas peternakan.

Iqbal juga menyarankan bagi peternak yang ingin memulai dengan modal kecil, lebih baik membeli pullet yang sudah berumur 13 minggu daripada memulai dari DOC.

Baca Juga: Kisah Peternak Bebek Sukses dengan Sistem Peternakan Kering

Hal ini karena biaya dan perawatan DOC hingga siap bertelur cukup tinggi dan memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Dengan membeli pullet, ayam akan segera bertelur dalam beberapa minggu, sehingga perputaran modal lebih cepat.

Saran untuk Pemula

Bagi pemula yang ingin terjun ke dalam bisnis peternakan ayam petelur, Iqbal memberikan beberapa saran. Pertama, tekun dan jangan setengah-setengah. Bisnis peternakan membutuhkan dedikasi penuh karena resikonya tinggi. Kedua, persiapkan strategi pemasaran dengan matang sebelum memulai usaha.

Tanpa pemasaran yang baik, sulit untuk menjual hasil produksi. Ketiga, terus belajar dan tidak takut mencoba hal baru. Menurut Iqbal, ilmu bisa didapatkan dari mana saja dan tidak terbatas pada pendidikan formal saja.

Iqbal juga menekankan pentingnya memiliki mental yang kuat dalam menghadapi segala tantangan. Setiap usaha pasti mengalami naik turun, dan kunci untuk bertahan adalah dengan tetap optimis dan selalu mencari solusi terbaik. Jangan pernah menyerah meskipun menghadapi kendala besar.

Selain itu, Iqbal juga berpesan untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Menurutnya, berbuat baik akan membawa dampak positif dalam hidup dan usaha. Ia percaya bahwa doa orang yang kita bantu dapat mempermudah jalan kita ke depannya.

Iqbal Naresta telah membuktikan bahwa dengan ketekunan, manajemen yang baik, dan strategi yang tepat, peternakan ayam petelur bisa menjadi usaha yang menguntungkan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk pandemi COVID-19, Iqbal berhasil membawa usahanya mencapai omzet 3 miliar rupiah per bulan.

Pengalaman dan saran dari Iqbal ini bisa menjadi inspirasi bagi para pemula yang ingin terjun ke dalam bisnis peternakan ayam petelur. Dengan tekun, jujur, konsisten, dan terus belajar, siapapun bisa mencapai kesuksesan dalam usaha ini. Keberhasilan Iqbal dalam mengelola peternakan ayam petelur juga menunjukkan bahwa usaha ini memiliki potensi besar jika dikelola dengan baik.

Dengan memperhatikan aspek-aspek penting seperti manajemen, pemasaran, dan inovasi, peternakan ayam petelur dapat menjadi sumber penghasilan yang stabil dan menguntungkan. Bagi yang tertarik, mulailah dengan langkah kecil, pelajari setiap prosesnya, dan terus kembangkan usaha dengan penuh dedikasi.

Demikian kisah sukses peternak ayam petelur yang telah berhasil meraih omzet miliaran rupiah dari bisnis yang digelutinya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *